Perasaan yang
dulunya mengebu-gebu dalam hati ini seakan mati tanpa aku sadari kapan ini
semua terjadi, aku seakan telah ditipu oleh pikiranku sendiri selama ini. Dalam
hati aku bertanya-tanya: “Ada apa denganku?” “Kenapa aku tak deg-degan lagi di
dekatnya?” Padahal dulu memikirkannya
saja sudah membuatku tak dapat lagi membendung perasaanku saat itu.
Tak dapat
dipungkiri aku dengannya sudah jauh lebih dari setahun, walaupun kenyataanya
hubungan kami hanya sebatas teman sekelas. Mungkin untuk saat ini aku belum
menemukan jawabannya, namun aku yakin cepat atau lambat aku aku mengangap
semuanya memang sudah seharusnya terjadi.
Aku tak mungkin
hanya terjebak dalam bayang-bayangnya saja yang membuatku lupa untuk membuka
mataku sendiri. Setelah aku menemukan jawaban yang dulu aku telah lama
terpendam dalam hatiku telah terbayar lunas rasanya.
Selamat tinggal My
First Love , sudah cukup lama aku memendam perasaan ini. Aku tak mungkin lagi
hanya berharap dalam kenyataan semu ini. Sekarang bukan waktunya mengingat masa
lalu. Aku sekarang berjanji pada diriku sendiri takkan ada lagi namanya Galau
karena dia.
Tak ada namanya lagi
air mata yang mengisi hari-hariku, aku bahagia karena sekarang karena aku sudah
benar-benar bisa melupakannya yang dulunya pernah aku sukai. Kini semua hanya
akan menjadi kisah cintaku di masa lalu.
Kebahagian yang aku
rasakan saat ini ternyata tak sama dengan apa yang di alami sahabatku Hansen Ufa
Aruan karena dia harus merelakan kepergian sang ibu tercinta menghadap kepada
Sang Pencipta. Dia adalah teman sekelasku semasa SMA dulu di SMA Negeri 1 Dolok
Panribuan, kami sekelas 2 tahun.
Tak banyak yang
dapat kuceritakan tentang dirinya, namun yang kutahu dia adalah teman yang baik
dan pernyataan yang dapat aku kutip darinya: “Kita harus segera pulang ke rumah
setelah ibadah gereja selesai supaya Firman Tuhan yang kita dengar tadi tidak
hilang”.
Cukup sekian yang
dapat aku ceritakan untuk saat ini.
Thank you for
reader.