Jumat, 20 Juli 2018

Perencanaan Laba



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam suatu kegiatan perusahaan atau organisasi diperlukan suatu anggaran dalam proses kegiatan operasionalnya. Adanya anggaran dalam suatu perusahaan dan organisasi tentu akan mendukung kegiatan perusahaan dan organisasi melalui pembiayaan dalam kegiatan tersebut agar dapat berjalan lancar. Untuk itulah maka suatu anggaran dapat dijadikan sebagai alat perencana dalam suatu kegiatan. 
Penganggaran merupakan komitmen resmi manajemen yang terkait dengan harapan manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Anggaran sebagai alat bagi dalam mengoperasian perusahaan dalam rangka melaksanakan tujuan jangka panjangnya yaitu untukmempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan pertumbuhan perusahaan.
Oleh karena itu, dengan adanya manajemen dalam perusahaan sangatlah diperlukan dalam penyusunan anggaran untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Perencanaan dan pengendalian laba merupakan proses yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian secara efektif. Perencanaan laba merupakanrencana kerja perusahaan untuk mencapai target laba yang telah ditentukan. Pengendalian merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kecenderungan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan juga untuk memastikan bahwa seluruh bagianorganisasi berfungsi sesuai kebijakan organisasi. Agar perusahaan dapat mencapai target laba yang diinginkan, maka perusahaan harus membuat rencana laba yang menjadi dasar bagi manajemen perusahaan untuk merumuskan rencana yang akan dilaksanakan dalam tahun tersebut.
Dengan adanya evaluasi penerapan anggaran dapat diketahui berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh selama periode yang telah ditentukan oleh perusahaan, selain itu manajemen juga dapat mengetahui dan mencegah jika terjadi kesalahan pada laporan yang dibuat, sebagai acuan untuk melaksanakan suatu program yang diadakan oleh perusahaan. Perencanaan dan pengendalian laba merupakan persoalan yang cukup penting bagi manajemen, perencanaan efektif dan pengendalian laba yang sistematis merupakan sesuatu hal yang sangat penting sehingga dalam program perencanaan dan pengendalian harus menggunakan pendekatan yang layak diterapkan pada setiap masalah. Program perencanaan dan pengendalian tidak dapat memecahkan masalah- masalah khusus personalia, tetapi dapat mengarahkan pertimbangan yang seksama terhadap masalah tersebut dan membantu penempatannya secara perspektif. Perencanaan yang efektif dalam pengendalian laba jangka panjang dan jangka pendek akan menguntungkan perusahaan dimasa mendatang. Selain itu, untuk mempermudah keinginan perusahaan yaitu memperoleh laba semaksimal mungkin maka perusahaan perlu membuat laporan rugi laba, karena dengan membuat laporan rugi laba, maka perusahaan dapat mengevaluasi perkembangan dari perusahaan.
 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan makan akan dibahas lebih rinci mengenai dasar-dasar Perencanaan  dan Pengendalian  laba yang mencangkup Perencanaan dan  Pengendalian Laba  Komprehensif Bentuk-bentuk  Komunikasi dalam  perencanaan &  pengendalian laba Tujuan,sasaran dan  rencana laba Anggaran sebagai tools  pelaksanaan fungsi  pengendalian manajemen Anggaran sebagai tools  pelaksanaan fungsi  koordinasi manajemen.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mencangkup Perencanaan laba adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan perencanaan laba ?
2.      Apakah manfaat dari perencanaan laba ?
3.      Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan laba ?
4.      Apa konsep perencanaan dan pengendalian laba?
5.      Bagaimana proses perencanaan dan pengendalian laba ?
7.      Apa tujuan dan sasaran dalam perencanaan laba ?

C.    Tujuan
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami mengenai Perencanaan laba yang mencakup:
1.      Perencanaan dan Pengendalian Laba
2.      Manfaat Perencanaan Laba
3.      Faktor - Faktor Yang Menpengaruhi Perencanaan Laba
4.      Keterbatasan dalam Proses Perencanaan dan Pengendalian Laba
5.       Bentuk - Bentuk komunikasi dalam perencanaan dan pengendalian laba
6.      Konsep Dari Perencanaan dan Pengendalian Laba
7.      Proses Perencanaan dan Pengendalian Laba
8.      Komponen-Komponen Utama Perencanaan Dan Pengendalian Laba
9.      Tujuan dan Sasaran dalam Perencanaan Laba

BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Perencanaan Laba

Menurut Machfoedz (1996) yaitu;
Perencanaan laba (profit planning) sering disebut Budget perencanaan atau rencana operasi adalah rencana dari manjemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang akan datng untuk mencapai tujuan perusahaan dibagi kedalam 2 jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang.

 Menurut Supriono (2002),yaitu;
Perencanaan laba adalah perencanaan yang digambarkan seara kuantitatif dalam keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya. Didalamnya juga ditentukan tujan laba yang dicapai oleh perusahaan.
                 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba adalah rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

2.      Manfaat Perencanaan Laba

Menurut Adol PH Matz dkk (1993)
1)      Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan masalah
2)      Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang dihadapinya dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil keputusan.
3)      Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba dan mendorong timbulnya perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya yang maksimum.
4)      Meransang peran serta dan mengkoordinasi rencana opersi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana yang saling terkait dpat menggambarkan keseluruhan organisasidalam bentuk rencana yang terpadu dan menyeluruh.
5)      Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.
6)      Mengkoordinasikan serta mempertemukan semua upaya perusahaan kedalam suatu prosedur perencanaa anggaran yang terarah karena inilah satu-satunya cara yang paling tepat mengungkpakan keselamatan kegiatan manajemen.
7)      Mengarahkan penggunaan modal dan daya upaya pada kegiatan yang paling menguntungkan.
8)      Mendorong standar prestasi yang tinggi dengan meransang kegairahan untuk bersaing menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan, dan menumbuhkan minat untuk melaksanakan kegiatan secara lebih efektif.
9)      Berperang sebagai standar untuk mengukur kegiatan dan menilai kebijakan manajemen dan tingkat kemampuan dari setiap pelaksana.

3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Laba

a)      Laba atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu.
b)      Volume penjualan yang harus dicapai untuk menutup seluruh biaya yang terpakai guna memperoleh laba yang memadai.
c)      Titik impas.
d)     Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi saat ini.
c.       Pendekatan dalam perencanaan laba

4.      Keterbatasan Perencanaan Laba

Menurut Adolth Matz dkk 1993 perencanaan laba memiliki bebrapa keterbatasan,yaitu;
a)      Peramalan atau perencanaan bukanlah ilmu pasti. Jadi dalam setiap perencanaan akan terdapat sejumlah pertimbangan. Apabila ada penyimpangan dari estimasi maka harus dilakukan perbaikan atau modifikasi.
b)      Anggaran dapat mengikat perhatian manajer pada sasaran tertentu yang tidak selaras dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Jadi diperlukan kecermatan untuk menyalurkan upaya manajer setepat mungkin.
c)      Perencanaan laba memerlukan kerjasama dan peran serta dari seluruh anggota manajemen. Dasar kebrhasilan perencanaan adalah ketaatan dan kegairahan pelaksana terhadap perencana laba.
d)     Penggunaan anggaran yang berlebihan sebagai alat evaluasi dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan.
e)      Perencanaan laba tidak mengahapus maupun mengambil alih peranan bagian administrasi. Para pelaksana tidak boleh merasa dibatasi oleh anggaran. Sebaliknya rencana laba disusun guna memebrikan penjelasan terinci yang memungkinkan pihak pelaksana menjalankan kegiatanannya dengan menyerahkan kemampuan dan hasrat untuk mencapai sasaran organisasi.
f)       Pelaksanaan rencana memerlukan waktu.

5.      Tujuan dan Sasaran Perencanaan Laba

Didalam perencanaan dengan pendekatan perencanaan dan pengendalian laba, secara keseluran manajemen perlu memperhatikan hubungan antara tujuan- tujuan (objectives), sasaran-sasaran (goals), dan rencana-rencana laba (profit plants). Hubungan- hubungan tersebut diyunjukan pada gambar dibawah ini:

TUJUAN- TUJUAN PERUSAHANAA
(Umum dan Jangka Panjang)
Ekonomis; Pelanggan; Pekerja; Pemilik; Sosial; Output
SASARAN-SASARAN PERUSAHAAN
Produk; Jasa; Pangsa Pasar; Profitabilitas; Laba; Pertumbuhan
RENCANA-RENCANA LABA
(Disusun dan dikuantifikasi)
Rencana laba strategis:
Umum; Jangka Panjang; Tanggung Jawab tingkat atas; kuantitatif
Rencana laba taktis:
Rinci; Jangka Pendek; Tanggung Jawab semua Tingkat; Kuantitatif

Tujuan-tujuan perusahaan merupakan tingkat perencanaan yang paling dasar yang akan menentukan arah perusahaan jangka panjang. Tujuan- tujuan perusahaan harus dinyatakan secara tertulis dengan menakankan pada harapan- harapan ekonomis, para penyelenggara, para pekerja, para pemilik, output dan tanggung jawab – tanggung jawab sosial
Sasaran-sasaran perusahaan merupakan tingkat merupakan tingkat perencanaan yang lebih rendah berikutnya dan berjangka pendek atau menengah. Sasaran- sasaran perushaan berisi harapan dimasa yang akan datang yang lebih spesifik, misalnya produk jasa, market share, profitabillity, retirn of invesment dan pertumbuhan.

Rencana-rencana laba disusun berdasarkan sasaran-sasaran perusahaan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Rencana laba biasanya terdiri dari dua bagian rencana yang tidak terpisahkan, yaitu rencana laba strategis jangka panjang dan rencana laba taktis jangka pendek.

6.       Konsep Perencanaan Dan Pengendalian Laba

Garis besar konsep perencanaan dan pengendalian laba meliputi:
1.         Proses manajemen yang terdiri dari planning, organizing, staffing, leading and controling.
2.          Kesepakatan manajerial agar semua tingkatan manajemen dapat berpartisipasi secara efektif.
3.          Struktur organisasi yang jelas terutama terutama yang menyangkut wewenang dan tanggung jawab manajemen pada berbagai tingkatan
4.          Proses perencanaan manajemen
5.          Proses pengendalian manajemen
6.          Koordinasi yang terus- menerus dan konsisten dari semua fungsi- fungsi manajemen
7.          Feedforwad, feedback, follow-up, dan replanning dilakukan terus menerus
8.         melalui saluran komunikasi baik dari atas maupun dari bawah
9.         Rencana laba strategis jangka panjang
10.     Rencana laba taktis jangka pendek
11.    Sistem akuntansi pertanggung jawaban
12.      Penggunaan prinsip pengecualian
13.     Program manajemen perilaku
7.      Proses Perencanaan Dan Pengendalian Laba

Fungsi Manajemen
Fase-Fase Urutan Proses
Perencanaan Dan Pengendalian Laba
Tanggungjawab Utama
Planning
1.      Variabel-Variabel relevan eksternal
2.   Tujuan-tujuan umum perusahaan
3.   Sasaran-sasaran khusus perusahaan
4.   Strategi-strategi perusahaan
5.   Instruksi-instruksi dari manajemen eksekutif
6.   Rencana-rencana proyek
7.   Rencana laba strategi , jangka panjang
8.   Rencana laba taktis,jangka pendek

Manajemen Eksekutif

Manajemen Tingkat Menengah
Leading
9.      Pelaksanaan rencana laba

Semua Tingkatan  Manajemen
Controlling
10.  Laporan pelaksanaan (disusun sesuai dengan periode yang diinginkan menurut tangggungjawab)
11.  Tindak lanjut (digunakan untuk umpan balik,koreksi , dan perencanaan ulang)


8.       Bentuk – Bentuk Komunikasi Dalam Perencanaan dan Pengendaliaan Laba

Ada tiga bentuk komunikasi dalam perencanaan dan pengendalian laba, yaitu feedforward, feedback, dan replanning.
1.      Feedforward adalah komunikasi perencanaan (perencanaan tujuan- tujuan, perencanaan sasaran-sasaran, dan perencanaan laba) dari manjemen tingkat atas ke manajemen tingkat rendah. Feedforward dipergunakkan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan dengan cara membandingkan antara aktuak dengan yang direncanakan.
2.      Feedback adalah komunikasi hasil evaluasi pelaksanaan dengan menggunakan laporan- laporan pelaksanaan. Feedback dapat digunakan untuk mengadakantindakan korektif dan perencanaan kembali.
3.      Replanning didasarkan pada feedback. Replanning digunakan untuk revisi perencanaan karena pelaksanaannya menggunakan deficiency dan untuk mengambil manfaat dari kondisi- kondisi atau peristiwa-peristiwa baru yang tidak terantisipasi diwaktu yang lalu.

Dalam perencanaan dan pengendalian laba, Ackoff menyebutkan ada tiga jenis proyeksi yang berbeda, yaitu reference projection, wishfull projection, plannd projection.
1.      Reference projection adalah proyeksi statis tentang apa yang harus dilakukan oleh perusahaan
2.      Wishfull projection adalah proyeksi optimis tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan dibawah kondisi ideal.
3.      Planned projection adalah hasil-hasil yang sangat mungkin dicapai jika rencana-rencana realistik disusun dan direncanakan.
Tujuan utama dari dua jenis proyeksi yang pertama adalah agar manajemen secara realistis memperkirakan situasi- situasi saat ini dan menghindari proyeksi- proyeksi yang terlalu optimis di dalam perencanaan.

9.      Anggaran Fleksibel Untuk Perencanaan dan Pengendalian Laba
Pada dasarnya antara perencanaan dan pengendalian itu dua hal yang berkaitan. Perencanaan disusun untuk pengendalian, sebaliknya pengendalian dilaksanakan dalam rangka tindak lanjut perencanaan, apabila digambarkan akan tampak pada Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 tampak bahwa langkahlangkah perencanaan dan pengendalian saling berkaitan. Dalam langkah pelaksanaan dan pengendalian digambarkan, pertama perencanaan dibuat sebelum dilaksanakan perlu dikendalikan, kemudian pelaksanaan perencanaan dievaluasi, setelah adanya evaluasi perencanaan perlu dikoreksi dan direvisi untuk perencanaan periode berikutnya begitu prosesnya terus-menerus.

Langkah-langkah menerapkan anggaran fleksibel untuk perencanaan dan pengendalian, adalah sebagai berikut.
Pertama: Pada awal periode, perusahaan menyusun anggaran (budget) yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap pada berbagai jenjang.
Kedua: Pada saat data realisasi pelaksanaan diketahui bandingkan dengan anggaran fleksibel pada tingkat kegiatan yang sama dan akan diketahui penyimpangan realitas dari anggaran.
Ketiga: Analisis seluruh penyimpangan yang terjadi dan mengevaluasi penyebabnya.
           
Contoh:
PT. LUMEN ELEKTRIK mempunyai anggaran pendapatan dan biaya operasi sebagai berikut.

Tabel 1.3
PT.LUMEN ELEKTRIK
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BIAYA PERIODE 2015
KAPASITAS 100.000 UNIT
Jenis Uraian
Variabel / Tetap
Per Unit
Jumlah
Penjualan 100.000
Biaya Produksi
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Overhead Pabrik
Biaya Produksi Total
Biaya Kotor Operasi
Biaya Operasi
Biaya Pemasaran
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Operasi Total
Biaya Operasi Bersih
Biaya di Luar Operasi
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Laba Bersih


Variabel
Variabel
Variabel
Tetap



Variabel
Tetap
Variabel
Tetap
Variabel
Tetap



Tetap
Tetap
1.500

   200
   150
   150
   100
   600
   900

   100
     50
   120
     80
     50
     30
   430
   470

     50
     50
   100
   370
150.000.000

  20.000.000
  15.000.000
  15.000.000
  10.000.000
  60.000.000
  90.000.000

  10.000.000
    5.000.000
  12.000.000
    8.000.000
    5.000.000
    3.000.000
  43.000.000
  47.000.000

    5.000.000
    5.000.000
  10.000.000

  37.000.000

 Pada akhir periode PT.LUMEN ELEKTRIK mempunyai laporan realisasi selama periode 2015 sebagai berikut:

Tabel 1.4
PT. LUMEN ELEKTRIK
LAPORAN LABA-RUGI
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015
Penjualan 100.000
Biaya Produksi
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Overhead Pabrik
Biaya Produksi Total
Biaya Kotor Operasi
Biaya Operasi
Biaya Pemasaran Variabel
Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Administrasi & Umum Variabael
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Operasi Lain-lain Variabel
Biaya Operasi Lain-lain Tetap
Total Biaya Operasi
Biaya di Luar Operasi
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Total Biaya di Luar Operasi

90.000 Unit





Laba Kotor Operasi







Laba Bersih Operasi



Laba Bersih

@ 1.600
19.580.000
12.880.000
13.800.000
10.500.00



  9.000.000
  5.500.000
12.600.000
  7.500.000
  5.400.000
  3.000.000



  5.000.000
  5.000.000


144.000.000




  56.760.000

  87.240.000






  43.000.000

  44.240.000


  10.000.000
  34.240.000

Dari dua informasi anggaran dan realisasi tersebut maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara kedua sumber informasi untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Sebelum kita mengevaluasi lebih lanjut antara anggaran fleksibel dan realisasi, terlebih dahulu akan ditunjukkan kelemahan anggaran tetap sebagai alat perencanaan dan pengendalian, coba Anda lihat bagaimana anggaran tetap tidak memberikan gambaran yang tepat dalam evaluasi pelaksanaan dengan memperhatikan Tabel 1.5 berikut.
                                                    PT. LUMEN ELEKTRIK
PERBANDINGAN REALISASI DAN ANGGARAN TETAP
PERIODE 2015

Anggaran
(100.000 Unit)
Realisasi
(90.000 Unit)
Selisih Menguntungkan (M)
Tidak Menguntunkan (TM)

150.000.000
 
  20.000.000
  15.000.000
  15.000.000
  10.000.000
  60.000.000
  90.000.000

  10.000.000
    5.000.000
  12.000.000
    8.000.000
    5.000.000
    3.000.000
  43.000.000

    5.000.000
    5.000.000
  10.000.000

  37.000.000
144.000.000

  19.580.000
  12.880.000
  13.800.000
  10.500.000
 56.760.000
 87.240.000

   9.000.000
   5.500.000
 12.600.000
   7.500.000
   5.400.000
   3.000.000 43.000.000

   5.000.000
   5.000.000
10.000.000

34.240.000
 6.000.000    TM

    240.000     M
 2.120.000     M
 1.200.000     M
   (500.000)   TM
 3.240.000     M
 2.760.000     TM

 1.000.000     M
   (500.000)   TM
   (600.000)   TM
    500.000     M
   (400.000)   TM
   --------------
   --------------

   --------------
   --------------
   --------------

(2.760.000)   TM

Dengan melihat perbandingan antara anggaran tetap dan realisasi pada Tabel 1.5 maka penganalisis (manajemen) bisa mengambil suatu kesimpulan yang salah, lihat saja pada penjualan yang dianggarkan sebesar Rp150.000.000,00 hanya terealisir Rp144.000.000,00 maka tampak selisih Tidak Menguntungkan sebesar Rp6.000.000,00 karena hasil jual tidak mencapai anggaran. Hal ini sebetulnya tidak benar, ketidakbenaran tersebut disebabkan karena membandingkan dua hal yang berbeda, yaitu tolok ukur untuk 100.000 unit dibandingkan dengan realisasi yang berjumlah 90.000 unit.

 Contoh lain tampak pada biaya bahan baku, upah langsung dan biaya-biaya variabel lainnya. Coba Anda amati akun biaya bahan baku dalam laporan perbandingan di atas, tampak bahwa biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp20.000.000,00 dan realisasinya hanya sebesar Rp19.580.000,00 atau ada selisih menguntungkan sebesar Rp420.000,00. Sekarang kalua laporan menunjukkan hal yang sama, tentunya pihak yang mengeluarkan dan membeli bahan baku akan mendapat pujian karena penghematannya, hal ini sama sekali tidak benar, mengapa?

 Sebab apabila diteliti lebih lanjut sebenamya biaya bahan-bahan dan beberapa akun biaya lain akan menimbulkan selisih tidak menguntungkan, karena bahan baku tersebut dianggarkan Rp20.000.000,00 untuk 100.000 unit (atau per unit Rp200,00), sehingga apabila realisasinya hanya 90.000 unit, seharusnya biaya bahan baku yang dikeluarkan adalah 90.000 x Rp 200,00 = Rp18.000.000,00 atau ada pemborosan sebesar Rp1.580.000,00 (Rp18.000.000,00 Rp19.580.000,00). Sekarang kita coba membandingkan realisasi dengan anggaran fleksibel pada kapasitas (tingkat kegiatan) 90.000 unit.       

 Pada kapasitas sesungguhnya 90.000 unit biaya variabel sesuai dengan sifatnya, seharusnya akan dikeluarkan sebesar 90.000 x biaya variabel per unit, sedang biaya tetap kapasitas berapa pun akan tetap jumlah totalnya. Fleksibel dengan realisasinya akan tampak seperti Tabel 1.6 berikut ini.

Tabel 1.6
PT. LUMEN ELEKTRIK
PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN FLEKSIBEL DENGAN REALISASI
KAPASITAS 90.000 UNIT
Uraian
Anggaran Fleksibel
Realisasi
Selisih
(M / TM)
Penjualan 90.000 Unit
Biaya Variabel
Bahan Baku
Upah Langsung
Overhead Pabrik
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi Umum
Biaya Operasi Lain-lain
Jumlah Biaya Variabel

Laba Kontribusi

Biaya Tetap
Biaya Overhead
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Operasi Lain-lain
Biaya Sewa
Biaya Bunga
Jumlah Biaya Tetap
Laba Bersih
135.000.000


   18.000.000
   13.500.000
   13.500.000
     9.000.000
   10.800.000
     4.500.000
  69.300.000

  65.700.000


  10.000.000
    5.000.000
    8.000.000
    3.000.000
    5.000.000
    5.000.000
 36.000.000

 29.700.000
144.000.000


   19.580.000
   12.880.000
   13.800.000
     9.000.000
   12.600.000
     5.400.000
  73.260.000

  70.740.000


  10.500.000
    5.500.000
    7.500.000
    3.000.000
    5.000.000
    5.000.000
 36.500.000

 34.240.000
  9.000.000


(1.580.000)
     620.000
    (300.000)
   -------------
(1.800.000)
   (900.000)
(3.960.000)

 5.040.000


   (500.000)
   (500.000)
     500.000
   -------------
   -------------
   -------------
   (500.000)

 4.540.000
M


TM
M
TM

TM
TM
TM

M


TM
TM
M



TM

M

Setelah kita membandingkan realisasi dengan anggaran fleksibel maka tampak selisih yang menguntungkan dan selisih-selisih yang tidak menguntungkan dengan benar, artinya biaya-biaya seharusnya dikeluarkan secara proporsional dengan kapasitas dibebankan secara proporsional (yaitu pada kapasitas 90.000 unit), sedang biaya yang tidak dipengaruhi perubahan kapasitas dibebankan secara total tanpa perubahan.

Tabel 1.6 menunjukkan bahwa biaya-biaya variabel yang dikeluarkan lebih besar dari anggarannya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya overhead, biaya pemasaran, biaya administrasi dan biaya operasi lain-lain.

Sedangkan biaya variabel upah langsung bisa dihemat sebesar Rp620.000,00. Secara keseluruhan PT.LUMEN ELEKTRIK mempunyai laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.
       
10.  Penyusunan Anggaran Fleksibel dan Departemenisasi Biaya dalam Perencanaan dan Pengendalian Laba

Pada perusahaan yang cukup besar, operasi perusahaan biasanya dilakukan oleh departemen (bagian). Masing-masing departemen mempunyai tanggung jawab dan wewenang individu, begitu juga dalam penentuan biaya, untuk tiap-tiap departemen mempunyai tanggung jawab penentuan biaya untuk tiap-tiap departemen masing-masing. Biaya langsung departemen jelas merupakan tanggung jawab, tetapi biaya yang tidak langsung belum tentu seluruhnya terdiri dari dua kelompok biaya, pertama biaya yang bisa dikendalikan oleh masing-masing departemen yang disebut biaya yang terkendali (Controllable Cost) dan biaya yang tidak bisa dikendalikan oleh departemen disebut biaya yang tidak terkendali (Non Controllable Cost).

Penyusutan anggaran fleksibel untuk tiap-tiap departemen akan lebih bermanfaat karena bisa dipakai sebagai alat pengawasan terhadap biaya-biaya yang terjadi pada departemen-departemen dalam perusahaan, sehingga sebaiknya penyusunan dan penyajiannya terinci, memisahkan biaya yang termasuk biaya yang bisa dikendalikan departemen dan biaya yang tidak bisa dikendalikan departemen.

Contoh: Sebuah anggaran fleksibel yang disusun untuk departemen pembangkit listrik dari PT.ANGKASA bulan Mei 2015 sebagai berikut.

Tabel 1.7
PT ANGKASA
ANGGARAN BIA Y A BULAN Mel 2015
DEPARTEMEN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

TBV
Jam
(Rp)
Biaya Tetap
Per Bulan
(Rp)
Tingkat kegiatan
90%
(Rp)
100%
(Rp)
110%
(Rp)
120%
(Rp)
Biaya Terkendali
Upah tak langsung
Upah langsung
Bahan penolong
Reparasi
Pemeliharaan

900
200
500
  80
100

-
    800.000
-
 2.000.000
 4.000.000

13.500.000
  3.800.000
  7.500.000
  3.200.000
  5.500.000

16.200.000
  4.400.000
  9.000.000
  3.440.000
  5.800.000

18.900.000
  5.000.000
10.500.000
  3.680.000
  6.100.000

21.600.000
  5.600.000
12.000.000
  3.920.000
  6.400.000


 6.800.000
 33.500.000
38.840.000
44.180.000
49.520.000
BiayaTidak Terkendali
Pengawas pusat
Pajak dan asuransi
Depresiasi


  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000

  3.200.000
     800.000
25.000.000


29.000.000
29.000.000
29.000.000
29.000.000
29.000.000
Jumlah Biaya
1.780
35.800.000
62.500.000
67.840.000
 73.180.000
78.520.000

*TBV = Tarif Biaya Variabel

Meskipun dalam perhitungan anggaran fleksibel di atas disusun untuk tiap-tiap bulan, bukan berarti anggaran fleksibel harus disusun bulanan. Anggaran fleksibel juga bisa disusun berdasar batas waktu yang lain. Misalnya, tri wulan, semester, tahunan dan sebagainya.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
                 Kami menyimpulkan bahwa Perencanaan Laba adalah rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan Penganggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakn secara kuantitatif aktifitas usaha sebuah organisasi (pemasaran,produksi dan keuangan). Anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yng dibutuhkan untuk memenuhi tujan organisasi selam priode yang dianggarkan. Anggran memaparkan bagaimana sumber daya diharapkan akan diperoleh dan digunakan selama periode waktu tertentu.


B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini tentang “Perencanaan Laba”, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya Pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan Judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan Saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan Penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini Berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.















DAFTAR PUSTAKA


https://elfiraworotitjan.wordpress.com/2010/09/19/perencanaan-laba-rencana-tahunan/ fansbuku.blogspot.com/2010/06/dasar-perencanaan-dan-pengendalian

Abdul Halim, Achmad Tjahyono, MF. Husein. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.


Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat,
Jakarta


Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan. 2004. Management Control System. Edisi ke-11. Buku 1 dan 2. Alih bahasa: FX. Kurniawan. Salemba Empat,Jakarta


RA. Supriyono.2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 1. BP STIE YKPN, Yogyakarta.